SERI DISKUSI PENDIDIKAN KRITIS UNTUK PEREMPUAN

 

SERI DISKUSI PENDIDIKAN KRITIS UNTUK PEREMPUAN



Salah satu terobosan pengupayaan daya kritis perempuan akar rumput dilakukan oleh PPSW Jakarta yakni melalui seri diskusi pendidikan kritis untuk perempuan. Fokus kerja PPSW sendiri telah dijalankan di KWPS Lampion Merah Abadi desa belimbing kecamatan kosambi kabupaten Tangerang Banten.

Seri Diskusi Pendidikan kritis untuk perempuan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman perempuan tentang gender khususnya pembagian peran dalam keluarga, selain itu juga bertujuan untuk internalisasi persoalan-persoalan eksklusif nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender, penghapusan kekerasan, disabilitas, inklusi social dan pentingnya partisipasi politik perempuan dan kebijakan yang sensitive gender dan inklusif. Sebagian besar pemahaman perempuan Cina Benteng menganggap bahwa pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan saja sedangkan laki laki bekerja di luar rumah.

Seri diskusi Pendidikan kritis untuk perempuan yang di dalami oleh PPSW Jakarta menggunakan pendekatan assertif, menyentuh sisi kedalaman pengalaman biologis dan pengalaman hidup perempuan Cina Benteng.  Melihat dampak dari pendidikan kritis untuk perempuan, di tahun 2024 ini  ibu-ibu KWPS Lampion Merah Abadi sedikit demi sedikit mulai menguak sisi lain dari setiap individu, mengetahui dibalik kisah perempuan kepala rumah tangga.

Dalam budaya masyarakat yang patriarkal, kekerasan tidak terlihat atau tertutup adalah tindakan yang paling banyak dialami oleh perempuan di Indonesia, ia terasa sangat halus dan tersembunyi secara kultural, kekerasan tertutup masuk ke dalam kekerasan verbal yakni ditandai dengan kekerasan terhadap perasaan (melalui kata-kata kasar) tanpa menyentuh fisik dan psikis (emosional), kekerasan ini mengacu pada cara struktur sosial yang menyebabkan kerugian dalam diri penyintas, seperti mudah cemas, perubahan suasana hati, stress kronis, harga diri rendah, depresi, malu, merasa bersalah, putus asa, gangguan stress pasca - trauma (PTSD) dll. Fatalnya, tidak sedikit perempuan yang sadar kalau dirinya mendapatkan kekerasan. Jikapun terinformasi, tidak sedikit pula perempuan yang memendamnya secara dalam-dalam. Sehingga, dimaknai bahwa hal ini merupakan "Rape Culture" atau budaya menormalisasi kekerasan. Bahkan selalu ada upaya untuk terlihat kuat dan baik-baik saja seakan tidak terjadi apa-apa. Tapi jika jauh melihat ke belakang, tersimpan kerapuhan dan rentan akan terjadi kekacauan. Hal ini, tidak sedikit juga yang enggan secara sadar mau memprosesnya secara hukum mengingat ketidaktahuan menimbulkan ketakutan, dari ketakutan menimbulkan kebodohan, kebodohan menimbulkan kerusakan dan kerusakan itulah yang akhirnya menimbulkan kekerasan.

Laki-laki dan perempuan  memang ada perbedaan yang sifatnya biologis yang tidak bisa dirubah dan berlaku untuk semua daerah bahkan negara, juga tidak terpengaruh oleh kemajuan jaman. Seperti misalnya: menstruasi, melahirkan dan menyusui yang hanya dimilliki oleh perempuan. Sehingga pengertian gender sebenarnya adalah: "Perbedaan antara parempuan dan laki-laki secara social. Gender juga diartikan pembagian peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan. Gender dapat berubah dari waktu ke waktu karena adanya perkembangan yang mempengaruhi nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat”

0 Komentar