PEREMPUAN LAMPION MERAH

 

PEREMPUAN LAMPION MERAH


 oleh: Mamay Muthmainnah


Ku awali tulisan ini dari bait sebuah kata, tentang bintang kecil yang timbul tenggelam di cakrawala malam tanpa ada yang menghiraukan, mereka adalah orang-orang yang sepi dari apresiasi dan publikasi. Aku akan menceritakan perempuan-perempuan yang selama ini luput dari perbincangan yaitu perempuan Cina Benteng.

 


Tulisan ini berawal dari kedatanganku untuk melaksanakan pendampingan pada KWPS Lampion Merah, yang merupakan kelompok dari komunitas Cina Benteng khususnya perempuan yang terletak di desa Belimbing Kecamatan Kosambi kabupaten Tangerang. Desa yang sangat padat penduduk, dihimpit oleh aliran sungai yang airnya keruh serta sampah yang berserakan.

Pusat Pengembangan Sumber daya Wanita (PPSW) Jakarta sejak pertengahan tahun 2022, telah mendampingi perempuan Cina Benteng  melalui KWPS Lampion Merah.

Hari itu, terlihat hilir mudik aktivitas menabung di KWPS Lampion Merah sedang berlangsung, salah satu upaya mendorong kemandirian ekonomi perempuan melalui unit usaha koperasi. Aktivitas ibu-ibu pengurus dan anggota koperasi sedang buka kas tabungan sekaligus aktivitas simpan pinjam berlangsung, kebanyakan dari mereka  memiliki semangat persatuan juga toleransi antar umat beragama. Jika kau melihat bintang-bintang di malam hari, itulah mereka. Terlihat tidak bergerak, tetapi itu hanya di matamu. Sejatinya mereka sedang beraktivitas. Bintang-bintang di bumi Lampion Merah, baik yang bermata sipit maupun yang tidak, sama-sama berjuang menerangi kampung dengan sinarnya yang redup.


Di KWPS Lampion merah, para perempuan Cina Benteng belajar berorganisasi, menggalang kekuatan kepemimpinan perempuan dan semangat pemberdayaan menuju kesejahteraan perempuan. Dari situ, mulai mengenal sosok Ibu Chen Pie, seorang perempuan yang awalnya adalah ibu rumah tangga yang mengabdikan diri kepada suami, mengurus anak, memasak dan melakukan pekerjaan domestik lainnya. Banyak hal bisa dipelajari, mulai dari  proses membangun koperasi ini, ibu-ibu berangsur banyak yang ikut bergabung dengan harapan berdaya secara ekonomi, mereka tertolong dengan adanya koperasi karena bisa memajukan usahanya, yang tadinya hanya jualan kecil-kecilan, berdagang di rumah, kini beberapa usaha dari mereka bisa lebih maju dan kami tidak khawatir lagi saat kesulitan mencari modal untuk usaha ibu-ibu. Tapi di sini, mereka juga aktif menabu ng”. Ungkapan dari ibu Chen Pie, “saya merasa terharu melihat semangat kemajuan ibu-ibu Lampion merah”.

Setelah banyak ngobrol dengan ibu Chen Pie, mulai juga tertarik memperhatikan beberapa perempuan lainnya yang juga saat itu sedang meminjam di koperasi, untuk apa pinjaman itu? ibu Santi sosok perempuan yang kesehariannya berjualan roti panggang dan jajanan anak-anak, sesekali ia membuat olahan susu kacang kedele dan ia tawarkan pada setiap pertemuan buka kas di hari kamis saat jadwal pertemuan seminggu sekali “aktivitas koperasi ini banyak membuka peluang saya untuk memajukan usaha saya, saya bisa banyak menemukan relasi untuk pemasaran susu kacang kedele, lumayan untuk menambah biaya sekolah anak saya”. Sekilas, kelihatannya memang sederhana tapi bagi mereka itu sangat bermakna.

Tidak hanya ibu Santi, juga ada perbincangan yang membuat hati terenyuh saat berbicara banyak hal dengan ibu Devi yang menghidupi keluarganya, menjadi perempuan tulang punggung keluarga karena ia telah merintis usaha sejak 2022. Sempat ia meminjam modal di koperasi untuk usahanya yang hampir terhenti, lalu ekonominya kembali pulih karena tertolong dari pinjaman di koperasi. “saya tetap bisa membeli susu untuk anak saya, bahkan saya bisa membantu penghasilan suami saya dari Vihara yang kadang tidak menentu”.

 


Etos kerja yang dimiliki perempuan Cina Benteng sangat tinggi, walaupun pada kenyataannya dari ketiga perempuan Cina Benteng diatas, masih ada yang hidupnya belum seperti apa yang mereka idam-idamkan sepenuhnya terlepas dari takdir yang telah Tuhan gariskan. Namun setidaknya, dari ketiga perempuan Cina Benteng, dua diantaranya berhasil keluar dari kemiskinan dan hidupnya jauh lebih baik. Sementara satu perempuan hidupnya lebih berdaya secara kepemimpinan perempuan, dan menganggap ketidak mungkinan bisa saja terjadi jika ia mau belajar dan mencoba banyak hal di luar kebiasaan hidupnya sehari-hari.

Selain aktivitas simpan pinjam, PPSW Jakarta juga aktif melakukan pendampingan pengetahuan dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan keilmuan perempuan Cina Benteng, seperti


workshop parenting sosialisasi keluarga ramah anak, pengembangan study gender dan pelatihan lainnya. Dengan begitu, kepemimpinan  perempuan harus identik dengan ilmu pengetahuan. Pemberdayaan tidak akan lepas dari semangat belajar untuk terus menggali potensi yang dimiliki oleh setiap perempuan. Dari bekal pengetahuan itulah, perempuan Cina Benteng dapat menerapkannya nilai-nilai pemberdayaan secara ideal sesuai dengan realita yang ada. Tak lupa kepemimpinan perempuan Cina Benteng juga berbasis perspektif gender karena dalam prosesnya sangat dibutuhkan support baik secara struktur maupun systemik, dukungan tidak hanya dari suami, anggota keluarga, lingkungan tapi juga perangkat desa lainnya. Maka, berangkat dari sinilah harapannya perempuan Cina Benteng bisa membangun relasi dengan pemangku kebijakan di tingkat desa. Baik di tingkatan RT maupun RW. Pelatihan-pelatihan ini pun sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pengurus dalam merekrut anggota baru koperasi, karena kepemimpinan perempuan Lampion merah akan terus beregenerasi, menjadi penggerak yang menebar manfaat seluas-luasnya, bahagia, adil dan setara tanpa ada yang merasa tertinggal dan diabaikan.

0 Komentar